Sakitku Ibadahku



...Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. [Q.S. al-'Anbiyaa 21:83]

Saudaraku...,
Bukalah mata hatimu
Memohonlah hanya pada-Nya
Akan kau temukan kemudahan di dalam kesukaran
Akau kau tapaki surga di ujung ketabahan
Sungguh!
Tak hanya dirimu yang merindu surga
Surga pun merindukanmu

Sakit. Kata itu terdengar begitu menyeramkan. Dan saat ia menimpa, yang langsung terpikirkan di dalam benak kita adalah obat, dokter, puskesmas atau rumah sakit. Salahkah? Tidak, karena memang kita diwajibkan berikhtiar menggapai kesembuhan.

Namun, bukan suatu hal yang baik tentunya, bila yang ada di dalam pikiran kita hanyalah obat, dokter, atau rumah sakit, tanpa memperhatikan sisi spiritual (rohani/jiwa). Padahal, sisi inilah yang semestinya pertama kali muncul ketika musibah sakit menimpa sehingga ikhtiar pengobatan yang dilakukan didasarkan atas perintah Allah dan mengikuti ketentuan yang telah digariskan dalam Islam.

Dengan demikian, kita takkan menuhankan dokter dengan menganggap dialah yang menentukan sembuh atau tidaknya seseorang. Dengan ilmunya yang serba terbatas, dokter hanyalah menjalankan proses ikhtiar. Selanjutnya, Allahlah yang menentukan behrasil atau tidaknya pengobatan tersebut.

Ketidakpahaman terhadap hakikat sakit, bagaimana semestinya kita bersikap dalam menghadapi musibah tersebut, serta ketidakmengertian kita akan taburan hikmah di balik musibah itu, menyebabkan kita menjadi panik, bersikap reaktif dan emosional, menyalahkan Sang Pencipta. Na’udzubillaahi min dzalik. Walhasil, kita akan semakin didera penderitaan. Bulir-bulir mutiara tersembunyi di balik derita yang kita alamipun tak dapat kita temukan.

Mari bersama-sama menjemput cinta-Nya melalui cobaan yang Dia berikan.


PENULIS:
dr. H. Hanny Rono Sulistyo, Sp.OG(K), M.M.
dr. H. Zainal Abidin, Sp.THT
K.H. Aceng Zakaria
Gani Yordani


INFORMASI:
Gani Yordani - 0813 2296 1973